PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Mind Mapping (MM) pada
Pelajaran Agama Islam di SD Negeri
Disusun Oleh:
Abdul Manaf 20090720058
Ratna Sari 20090720002
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
A.
Latar Belakang Masalah
Pada
hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja,
tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai
pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru
harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Mata
pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran umum yang dipelajari mulai
tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, bahkan tingkat perguruan
tinggi.
Penguasaan konsep agama
pada tingkat dasar yaitu pada tingkat sekolah dasar akan sangat bermanfaat bagi
siswa untuk menjalani kehidupan beragamanya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran agama pada
tingkat ini haruslah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan beragama siswa.
Demi
tercapainya hal tersebut diatas tentu seorang guru, khususnya guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal penyajian
materi. Hal ini dimaksudkan agar siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran
Agama Islam sehingga materi dan nilai-nilai yang disampaikan guru dapat diserap
siswa secara maksimal.
Berdasarkan
pengalaman dan pengamatan peneliti, pembelajaran PAI pada sekolah-sekolah pada
umumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Dengan
menggunakan metode ceramah ini, guru akan lebih dominan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) dan siswa akan memiliki kecenderungan untuk diam dan
mendengarkan. Sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kurang bersemangat dalam
belajar.
Keaktifan
belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Rohani mengungkapkan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui
berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. AKtifitas fisik
ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa
yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya
dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya (Rohani: 2004,
6-7). Hal ini senada dengan definisi keaktifan yang dikemukakan Rochman, bahwa
belajar aktif adalah “Suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan
siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil
belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Berdasarkan
uraian diatas peneliti mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu model Cooperative Learning tipe Mind Mapping atau peta konsep untuk mengungkapkan
apakah model ini dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Rose dan Nicholl (2002:
136) menyatakan: Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik
untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka menggunakan
format global atau umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara
mirip seperti otak kita berfungsi-dalam pelbagai arah secara serempak. Teknik penggunaan peta
konsep ini di populerkan kembali oleh Tony Buzan dalam bentuk peta pikiran
hasil risetnya tentang cara kerja otak yang sebenarnya, hingga pada teori-teori
quantum. Dengan kata
lain tipe ini dimaksudkan agar siswa lebih terampil dna
aktif untuk menggali pengetahuan awal yang sudah dimiliki dan memperoleh
pengetahuan baru sesuai pengalaman belajarnya.
Dari latar belakang tersebut di atas
maka peneliti dalam penelitian ini mengambil judul “Upaya
Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Tipe Mind Mapping (MM) pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Tipe Mind Mapping (MM) dapat meningkatkan
keaktifan siswa pada pelajaran
Agama Islam?”
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui
pengaruh model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) tipe
Mind Mapping (MM) terhadap keaktifan siswa pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Pengembangan keilmuan bidang
metodologi pembelajaran PAI di SD.
2.
Praktis
a. Guru:
·
Melatih guru menggunakan metode Mind Mapping.
·
Memperkaya penggunaan metode pembelajaran agama.
b. Siswa
Meningkatkan keaktifan siswa
dalam mata pelajaran PAI.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: “Penerapan model
pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) tipe Mind Mapping (MM) dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran Pendidikan Agama
Islam.”
F. Kajian Pustaka
1. Keaktifan
Aktifitas dalam
pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Menurut Sanjaya
(2007:101-106)
aktifitas tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, tetapi juga
ditentukan oleh aktifitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional.
Diedrich (dalam Rohani, 2004:9) membagi keaktifan belajar siswa menjadi 8
kelompok, yaitu:
a. Keaktifan visual : membaca, memperhatikan gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain bekerja, dan
sebagainya.
b. Keaktifan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Keaktifan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan
instrument music, mendengarkan radio.
d. Keaktifan menulis : menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi
angket.
e. Keaktifan motorik : melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan
(simulasi), menari dan berkebun.
f. Keaktifan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor menemukan hubungan dan membuat keputusan.
g. Keaktifan emosional : minat, bosan, gembira, berani,
tenang.
Indikator Keaktifan belajar dalam (http://ardhana12.wordpress.com /2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaiandalam-ptk-2/) dapat dilihat dari : (ditulis sapa??) nama & judul tulisan
a. Perhatian
siswa terhadap penjelasan guru
b. Kerjasamanya dalam kelompok
c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal
e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
f. Mendengarkan
dengan baik ketika teman berpendapat
g. Memberi gagasan yang cemerlang
h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
i.
Keputusan
berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
j.
Memanfaatkan
potensi anggota kelompok
k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah
2. Mind Mapping
Barbara Prashing mengemukakan Mind Mapping dipopulerkan
oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an, aslinya diciptakan oleh Gelb.
Michael Gelb dalam
Buzan (2007:179-181): Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner
dalam perencanaan dan pembuatan
catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia. Pembuatan Mind Mapping
didasarkan pada cara kerja alamiah otak
dan mampu menyalakan percikanpercikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belahan otak kita.
Menurut Porter &
Hernacki (2008:152-159) : Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta
pemikiran. Mind Mapping juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind
Mapping menggunakan pengingatpengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari
ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak.
Metode Mind Mapping adalah metode baru untuk mencatat yang
bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak
kanan). Metode ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan gambar atau warna. Tony
Buzan mengemukakan “your brain is
like a sleeping giant, hal itu disebabkan 99% kehebatan otak manusia
belum dimanfaatkan secara optimal.”
Mind Mapping adalah cara mencatat yang
kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran Mind
Mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan
untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan
lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain
itu Mind Mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar
biasa untuk perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan.
Mind Mapping bertujuan membuat materi
pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu
merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind
Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak
maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
Mind Mapping yang dibuat oleh siswa
dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan
yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh
siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi
penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan
Mind Mapping. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung
kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan
sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar,
sebaliknya jika lingkungan tersebut
memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil
belajar.
Menurut Buzan (2009:54-130)
metode Mind Mapping dapat bermanfaat untuk :
a.
Merangsang
bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.
b.
Membebaskan
diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali belajar.
c.
Membantu
seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan.
d.
Membuat
rencana atau kerangka cerita.
e.
Mengembangkan
sebuah ide.
f.
Membuat
perencanaan sasaran pribadi.
g.
Memulai
usaha baru.
h.
Meringkas
isi sebuah buku.
i.
Fleksibel.
j.
Dapat
memusatkan perhatian.
k.
Meningkatkan
pemahaman.
l.
Menyenangkan
dan mudah diingat.
Cara Membuat Mind Mapping menurut Buzan (2009:14), sarana dan
prasarana untuk membuat Mind Mapping adalah :
a.
Kertas
kosong tak bergaris.
b. Pena dan pensil warna.
c. Otak.
d. Imajinasi
Buzan (2009:15-16), membuat Mind Mapping membutuhkan imajinasi atau
pemikiran, adapun cara pembuatan Mind Mapping adalah:
a. Mulailah dari tengah kertas kosong.
b. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.
c. Gunakan berbagai warna.
d. Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
e. Buatlah garis hubung yang melengkung.
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g. Gunakan gambar.
Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas
yang tinggi. Variasi
dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin
atau gagasan utama.
Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran Dalam tahap
aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran
berbasis Mind Mapping, yaitu:
a.
Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik
pada saat proses pembelajaran
baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus
untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master Mind Map® yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan
selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui
topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang
aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.
b.
Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga
gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detaildaripada Overview dan
dapat berupa penjabaran lebih lanjut dariSilabus. Dengan demikian, siswa
diharapkan telah memilikipengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari
bahansebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untukbahan yang
sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke
langkah Inview.
c.
Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti
dari suatuproses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secaradetail,
terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswadiharapkan dapat
mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau
diagram untuk membantu siswa dalammemahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
d.
Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang
berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah
diajarkanserta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yangharus
diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapatmembantu siswa untuk fokus
dalam mempelajari-ulang seluruhbahan yang diajarkan di sekolah pada saat di
rumah. Reviewdapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada
pertemuanberikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahanyang telah
diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
Menurut Tony Buzan (2009:6), indikator Mind Mapping sebagai
berikut :
a.
merencanakan,
b.
berkomunikasi,
c.
menjadi
lebih kreatif,
d.
menyelesaikan
masalah,
e.
memusatkan
perhatian,
f.
menyusun
dan menjelaskan pikiran-pikiran,
g.
mengingat
dengan lebih baik
h.
belajar
lebih cepat dan efisien, dan
i.
melatih
“gambar keseluruhan”.
G. Rencana Pemecahan Masalah
1. Strategi pembelajaran yang dipilih sebagai tindakan
(action) pemecahan masalah ini adalah: Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) tipe Mind Mapping.
Langkah-langkah pelaksanaan direncanakan sebagai berikut:
a. Menyiapkan lembar observasi dan daftar pertanyaan wawancara.
b. Mewawancarai guru PAI untuk mengetahui keaktifan siswa selama pembelajaran
dan metode yang digunakan.
c. Penyusunan RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping.
d. Penyusunan lembar kerja
siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari
segi kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun
etnis.
f. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Sesuai dengan tindakan yang telah dipilih, rumusan
masalah dan hipotesis tindakan pada
penelitian ini adalah:
a. Rumusan masalah: Apakah dengan melakukan model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Mind Mapping dapat dicapai
keaktifan siswa dalam mata pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
b. Hipotesis tindakan: Dengan melakukan model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Mind Mapping dapat dicapai
keaktifan siswa dalam mata pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Rencana Alat Monitoring
No.
|
Alat Monitoring
|
Kegiatan
|
Dimonitor oleh
|
Waktu Pelaksanaan
|
1.
|
Lembar observasi
|
Mencari data tentang keaktifan siswa & metode
yang digunakan guru.
|
Observer
|
Minggu 1
|
2.
|
Resitasi / penugasan.
(metode)
|
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa
|
Observer
|
Minggu 1-4
|
3.
|
Wawancara
|
Mewawancarai guru & murid untuk mengetahui
tingkat keaktifan siswa dan metode yang digunakan guru.
|
||
4.
|
Daftar peristiwa
|
Mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama
observasi dilaksanakan.
|
Peneliti
|
Minggu 1- 4
|
5.
|
Rekaman audio/video
|
Merekam peristiwa-peristiwa penting selama
onservasi.
|
Peneliti
|
Minggu 1 - 4
|
H.
Rencana Pengumpulan Data (Observasi)
Pengumpulan data
yang akan dilakukan peneliti adalah berupa:
1. Observasi ke SD serta melakukan wawancara dengan guru
PAI dan siswa.
2. Mengikuti satu kali tatap muka pembelajaran PAI yang
diampu guru PAI dengan mencatat keaktifan siswa selama pembelajaran
berlangsung.
3. Mencatat dan merekam
hal-hal penting selama penelitian berlangsung.
I.
Rencana Analisis / Interpretasi Data (Refleksi)
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Refleksi
dilakukan dengan meminta pendapat dari guru mata
pelajaran PAI dan siswa. Hasil refleksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan pada
siklus II.
Kegiatan pada siklus dua pada
dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan
pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada
pelaksanaan siklus I.
Lampiran:
Pedoman wawancara
Lembar observasi
CV
Daftar Pustaka
Rohani, Ahmad. 2004.
Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Jadwal
1.
Pembuatan proposal
2.
Seminar proposal
3.
Pengurusan ijin
4.
Pencarian data
5.
Pembuatan laporan
6.
Seminar hasil
7.
Pembuatan artikel jurnal
Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (social
skill) termasuk interpersonal skill. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang
lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.
Melvin
L. Silberman (2011) mengemukakan bahwa untuk mengolah informasi secara efektif,
otak akan melakukan tugas proses belajar dengan baik jika kita membahas
informasi dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang
hal tersebut. Dalam bukunya Melvin L. Silberman juga mengemukakan bahwa peserta
didik memiliki berbagai macam cara belajar, yaitu visual, auditori, dan
kinestetik. Dengan demikian seorang guru juga harus mampu menarik perhatian
para siswa tersebut untuk mengikuti KBM pelajaran Agama Islam dengan
menggunakan berbagai macam metode pengajaran, tidak hanya dengan metode ceramah
yang hanya akan menarik siswa auditori.
Mind
Mapping (MM) merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Tipe ini
dimaksudkan agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang
sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai pengalaman belajarnya.
Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dacapai.
2. Guru mengemukakan konsep utama atau major concept yang
akan ditanggapi oleh siswa, sebaiknya konsep atau permasalahan tersebut
mempunyai sub konsep atau alternative jawaban.
3. Membentuk kelompok diskusi anggota 3-5 orang.
4. Tiap kelompok menginventirisasi atau mencatat hasil
diskusi.
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca
hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan
guru.
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar